The Cast Project: Sebuah Proyek Podcast di Inspigo

Bambang Dwi Atmoko
mrbambang.com
Published in
4 min readJan 31, 2019

--

Ilustrasi podcast (Foto: pxhere)

There’s always first time for everything. Begitu kata pepatah Jawa. Seperti kemarin, saya mendapatkan pengalaman baru yang pertama kali saya coba: podcast.

Saya sudah familiar dengan membuat konten berbasis teks, foto, dan video. Tapi suara? Sama sekali tidak terpikir sebelumnya. Mungkin ini juga yang menjadi kebiasaan sebagian besar warganet Indonesia. Lebih suka berinteraksi (baik membuat maupun menjadi audiens) dengan teks di Facebook & Twitter, foto Instagram, dan video YouTube.

Tetapi mendengarkan orang ngoceh di podcast? Audiensnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan konten media sosial lainnya. Setidaknya ini di Indonesia ya. Termasuk saya yang jarang alias sesekali saja mendengarkan konten podcast. Itupun di Spotify saat sudah bosan dengar lagu. Sedangkan kalau di luar negeri yang sudah tergolong maju, katanya podcast ini cukup populer.

Nah, tawaran untuk berkolaborasi bikin konten podcast itu tiba-tiba datang dari Chief Pradipta Nugrahanto. Bagi yang berkecimpung di industri startup dan media teknologi, pasti kenal sosok Chief Editor TechInAsia Indonesia yang juga podcast enthusiast ini.

Sudah lama sekali dia mengajak untuk bikin konten podcast, tapi waktu itu saya masih belum begitu tertarik. Bukan apa-apa, saya termasuk orang yang agak introvert dengan kemampuan public speaking yang rada payah. Saya tipikal pendiam yang lebih banyak menjadi menjadi pendengar ketimbang tukang ngoceh baik di forum resmi maupun saat nongkrong.

Tetapi begitu tahu dia mengajak rekan lain, -para senior yang saya juga akrab yaitu Mas Didit dari Harian Kompas dan Kak Eno dari Uzone- saya pun bersemangat. Oke, semua sepakat untuk mencoba podcast karena bagi Mas Didit dan Kak Eno, inipun adalah hal yang baru.

Kemudian dibuatlah group WhatsApp sebagai sarana berkomunikasi lebih intens, dibuat tepat setahun yang lalu pada Januari 2018. Namanya The Cast Project yang intinya adalah kolaborasi dari para jurnalis untuk bikin konten podcast.

Pertemuan pertama pun diadakan sekadar untuk tahu lebih jauh seperti apa sih podcast. Termasuk kira-kira namanya channelnya apa nanti (yang gak nemu juga nama yang cocok, akhirnya memakai nama group). Juga rencana kapan mulai membuat pilot project.

Ternyata selama setahun itu, yang ada hanya sekadar wacana. Sudah berapa kali janjian, tapi gagal karena kesibukan masing-masing, sulit untuk mempertemukan empat orang. Untungnya tidak sampai Wacana Forever seperti plesetan quotes dari film Black Phanter itu. Karena kemarin, akhirnya kami pecah telur!

Jam 4 lewat, kami satu per satu datang ke studio Inspigo yang berada di bilangan Cilandak. Tempat ini dipilih karena Pradipta memang turut andil mengembangkan startup podcast asli Indonesia ini. Saya tidak tahu persis jabatannya sebagai apa, tetapi ini memang sesuai dengan passion dia.

Suasana saat rekaman

Jam 5 kami masuk ke ruang Inspigo yang sudah direnovasi menjadi studio podcast, lengkap dengan berbagai peralatan audio — yang saya tidak tahu apa saja fungsinya — dan kedap suara tentu saja.

Idealnya untuk membuat konten, disiapkan terlebih dulu materi yang akan dibahas apa saja alias membuat editorial plan/content plan. Tapi kemarin ini kami tidak mempersiapkan itu, hanya brief sebentar sekitar 5 menit kira-kira topik apa yang dibahas. Setelah itu langsung mulai rekaman, jeda sebentar untuk lanjut ke topik yang lain. Total ada 3 topik yang kami bahas seputar tren teknologi dan gaya hidup digital.

Sebelumnya, saya sudah install aplikasi Inspigo di ponsel. Kemudian browse apa saja materi yang ada di sana dan mendengarkan. Nama-nama yang menjadi pembicara adalah tokoh beken yang saya kagumi seperti Wisnutama, Najwa Shihab, dan banyak lagi lainya.

Mereka tentu saja adalah para pakar yang menyampaikan materi inspiratif. Lha terus siapa gue? Cuma remah-remah di pinggir jalan. Belum lagi pas rekaman pun sering becanda, ya seperti ketika kami ketemu pas liputan. Hahaha.

Bagaimana dengan audiens yang mendengarnya? Belum tahu saya karena sekarang masih dalam proses penyuntingan dan tidak tahu kapan akan ditayangkan. Semoga saja suka dengan konsep kami yang mungkin sangat berbeda dengan konten lainnya di Inspigo. Bedanya ya di recehnya itu :D

Tapi ya dari konten receh itu, mudah-mudahan ada yang bisa diambil manfaatnya. Bagaimanapun ini juga edisi perdana kami. Mungkin masih banyak kekurangan di sana sini. Kalau ada saran dan kritik, langsung sampaikan saja. Sehingga kami bisa berbenah.

Untuk konsepnya sendiri tentu masih akan terus berkembang dan cair. Misalnya saja kemarin yang jadi host adalah Chief Pradipta, bisa saja nanti gantian dengan yang lain. Kemudian konsepnya yang kemarin ngobrol berempat membahas topik tertentu, bisa saja nanti mengundang nara sumber yang pakar di bidangnya, kemudian review produk, dan sebagainya.

Intinya ruang untuk melakukan eksperimen terbuka luas. Mungkin ini juga yang menjadi salah satu kelebihan kami dibanding channel lainnya. Dalam satu waktu kami bisa menyuarakan opini terhadap isu yang berkembang, di lain waktu menjadi pengulas produk, kemudian balik lagi seperti wartawan pada umumnya dengan mewawancarai nara sumber.

Bagi saya pribadi, ini merupakan ruang belajar untuk hal baru sekaligus menerobos batas kemampuan saya. Semoga saja ke depan bisa konsisten bikin konten dengan medium yang bervariasi: teks, foto, suara, dan video. Lebih dari itu, semoga saja konten yang dibuat bisa memberi manfaat. Azeeek.. eh Amiieen.

Kiri: Chief Pradipta Nugrahanto, Kanan: gak jelas. Foto: Didit Putra Erlangga

--

--

Jurnalis & tech blogger. Penikmat teknologi, fotografi, movie & kopi. Kontak: me (at) mrbambang.com